Kelebihan dan Kelemahan Pembelajaran Konstruktivis
Pada
umumnya suatu model pembelajaran akan selalu memiliki aspek kelebihan dan
kelemahan masing-masing. Termasuk model pembelajaran konstruktivis ini. Berikut
beberapa uraian mengenai kelebihan pembelajaran konstruktivis, diantaranya:
1.
Dapat
membiasakan siswa belajar mandiri dalam memecahkan masalah, melatih siswa untuk
berfikir inovatif, menciptakan kreatifitas untuk belajar sehingga tercipta
suasana kelas yang lebih nyaman dan kreatif.
2.
Terjalin kerjasama sesama
siswa.
3.
Siswa terlibat langsung
dalam melakukan kegiatan pembelajaran.
4.
Dapat menciptakan
pembelajaran menjadi lebih bermakna karena timbulnya kebanggan siswa menemukan
sendiri konsep yang sedang dipelajari dan siswa akan bangga dengan hasil
temuannya.
5.
Melatih siswa berfikir
kritis dan kreatif.[1]
6.
Siswa dapat
mengaplikasikan pemahaman dan pengetahuannya dalam situasi apapun atas dasar
keterlibatan mereka secara aktif dalam proses pembelajaran.
7.
Siswa memiliki
keterampilan untuk berinteraksi dengan masyarakat (dunia nyata), karena mereka
sudah terbiasa dengan interaksi dan patisipasi di kelas dengan sesama siswa dan
guru.
8.
Siswa memiliki motivasi
yang tinggi untuk belajar, karena terangsang untuk menemukan pengetahuan baru.
9.
Pembelajaran berdasarkan
konstruktivisme memberi kesempatan kepada siswa untuk mencoba gagasan baru agar
siswa terdorong untuk memperoleh kepercayaan diri dengan menggunakan berbagai
konteks, baik yang telah dikenal maupun yang baru dan akhirnya memotivasi siswa
untuk menggunakan berbagai strategi belajar.
10. Pembelajaran
konstruktivisme mendorong siswa untuk memikirkan perubahan gagasan mereka
setelah menyadari kemajuan mereka serta memberi kesempatan siswa untuk
mengidentifikasi perubahan gagasan mereka.
11. Memberikan
lingkungan belajar yang kondusif yang mendukung siswa mengungkapkan gagasan,
saling menyimak, dan menghindari kesan selalu ada satu jawaban yang benar.
Sedangkan kekurangan
dalam model pembelajaran konstruktivis ini meliputi:
1.
Dalam mengkonstruksi
pengetahuannya, tidak jarang bahwa hasil konstruksi siswa tidak cocok dengan
hasil konstruksi para ahli. Hal ini dapat mengakibatkan salah pengertian atau
konsep alternatif.
2.
Model pembelajaran
konstruktivisme menekankan agar siswa membangun pengetahuannya sendiri, hal ini
pasti membutuhkan waktu yang lama dan setiap siswa memerlukan penanganan yang
berbeda-beda, apalagi bila guru berhadapan dengan kurikulum yang sudah baku,
yang menuntut agar materi pelajaran harus terselesaikan. Sedangkan dalam
konstruktivisme penekanan lebih menitikberatkan pada pengertian dan pembangunan
sisem berfikir siswa.
3.
Model pembelajaran
konstruktivisme menuntut guru yang berfikir luas dan mendalam serta peka
terhadap gagasan-gagasan yang berbeda dari setiap siswa. Guru yang hanya
berorientasi pada penyampaian materi akan kesulitan menerima pendapat lain dari
siswa, sehingga memungkinkan siswa yang pandai dan kreatif akan menjadi
penghambat, sehingga guru yang demikian akan membatasi siswa berfikir dan
mengembangkan kreatifitasnya.
4.
Situasi dan kondisi tiap
sekolah tidak sama. Karena tidak semua sekolah memiliki sarana dan prasarana
yang dapat membantu keaktifan dan kreativitas siswa.
[1] Dian Nuramdiani, Penerapan
Model Pembelajaran Konstruktivisme dengan Menggunakan Virtual Laboratory pada
Materi Teori Kinetik Gas untuk Meningkatkan Keterampilan Proses SAINS dan
Pemahaman Konsep Siswa, 2011, 17-19.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar