Sejarah Konstruktivisme
Konstruktivisme adalah
suatu pandangan epistimologis tentang pemerolehan pengetahuan pengetahuan yang menekankan pada upaya membangun pengetahuan
daripada transmisi pengetahuan. Menurut Cooper, konstruktivisme menjadi
paradigma yang paling berpengaruh selama dua dekade yang terakhir pada abad
ke-20.[1]
Konstruktivisme
sebenarnya bukan teori baru. Aspek-aspek dari konstruktivisme dapat ditemukan dalam hasil kerja
Socrates, Plato, dan Aristoteles sekitar tahun 470-320. Akan tetapi, dalam
beberapa tahun terakhir, konstruktivisme menjadi sangat populer seiring dengan
munculnya teori Piaget dan teori Vygotsky yang didukung pula oleh beberapa teori
dalam psikologi kognitif. Konstruktivisme sendiri pada saat ini sangat populer
tidak hanya dalam bidang pendidikan, melainkan hingga bidang psikologi
perkembangan, ilmu sosial, psychology of gender, dan teknologi komputer.[2]
Konstruktivisme lahir dari gagasan Piaget dan Vygotsky. Keduanya menekankan bahwa perubahan kognitif hanya terjadi jika konsepsi-konsepsi yang telah dipahami sebelumnya diolah melalui suatu proses disequilibrium dalam memahami informasi-informasi baru. Konstruktivisme memandang bahwa pengetahuan merupakan hasil konstruksi kognitif melalui aktivitas seseorang. Doolittle & Camp (1999) mengemukakan bahwa konstruktivisme dapat dibagi dalam tiga kategori, yaitu :
1. Konstruktivisme Kognitif (ahlinya : Anderson, Mayer, dll.)
Konstruktivisme kognitif hanya menekankan pada dua prinsip yang pertama dari konstruktivisme, yaitu perolehan pengetahuan merupakan proses adaptif dan hasil keaktifan kognisi individu pelajar. Dalam posisi konstruktivisme kognitif, pengetahuan merupakan hasil dari internalisasi dan rekonstruksi secara akurat dari kenyataan eksternal. Hasil dari proses internalisasi ini merupakan proses kognitif dan struktur yang secara akurat berkorespondensi dengan proses-proses dan struktur yang terdapat dalam dunia nyata.
2.
Konstruktivisme
Radikal (ahlinya : Piaget, Von Glaserveld)
Von
Glaserveld (1992) mengemukakan bahwa prinsip dasar konstruktivisme radikal
muncul sangat jelas jika seseorang mencoba mengkaji sebanyak mungkin tulisan
Piaget dalam suatu teori koheren, antara lain :
a. Pengetahuan
tidak diterima secara pasif melalui indra atau dengan cara komunikasi,
melainkan dibangun secara aktif oleh kognisi subjek.
b. Fungsi
kognisi adalah adaptif (cenderung ke arah kelangsungan hidup).
c. Kognisi
melayani organisasi subjek dari dunia pengalaman, bukan penemuan dari suatu
realitas ontologis objektif.
3.
Konstruktivisme
Sosial (ahlinya : Vygotsky, Cobb)
Konstruktivisme
sosial menekankan pada semua (keempat) epistemologis. Epistemologis ini memberi
penekanan yang mengarahkan untuk mendefinisikan prinsip-prinsip yang
mempertahankan sifat sosial dari pengetahuan, dan percaya bahwa pengetahuan
merupakan hasil dari penggunaan interaksi sosial dan bahasa interaksi sosial
ini selalu terjadi di antara konteks sosial budaya, menghasilkan pengetahuan
terbatas pada waktu dan tempat khusus.
Pengetahun dipandang sebagai hasil konstruksi sosial. Setiap individu mungkin saja mengkonstruksi pengetahuan menurut pikiran dan pengalamannya (formulasi individu). Proses konstruksi ini menghasilkan pengtahuan yang bersifat subjektif. Interaksi sosial dan proses negosiasi sosial antar individu ataupun kelompok diperlukan untuk mengubah pengetahuan yang bersifat subjektif tersebut menjadi pengetahuan yang baru bersifa objektif. Pengetahuan baru ini selanjutnya direpresentasikan dan dirumuskan kembali oleh individu (personal reformulation). Konstruktivisme sosial menhubungkan pengetahuan subjektif dan pengetahuan objektif dalam skill semacam ini.
Konstruktivisme menjelaskan bahwa salah
satu sarana yang tersedia bagi seseorang untuk mengetahui sesuatu adalah indera yang berinteraksi dengan
objek dan lingkungan. Para konstruktivis adalah diri seseorang yang sedang
mengetahui. Pengetahuan tidak dapat dipindahkan begitu saja dari guru ke murid,
melainkan murid sendiri yang harus mengartikan apa yang diajarkan oleh guru berdasarkan
pengalaman-pengalaman yang ia dapat sebelumnya.
[1] STAIN
Pamekasan, “Pembelajaran Konstruktivistik Dalam Pendidikan Islam: Sebuah
Pilihan Pembelajaran Aktif Bagi Mahasiswa STAIN Pamekasan”, dalam Tadris
Jurnal Pendidikan Islam Vol. 6, No. 2 (Desember 2011), 306.
[2] T.G. Ratumanan, Inovasi Pembelajaran: Mengembangkan Kompetensi peserta
didik secara optimal (Yogyakarta: Penerbit Ombak, 2015), 118- 121.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar