Senin, 04 Januari 2021

Sejarah Konstruktivisme

Sejarah Konstruktivisme

Konstruktivisme adalah suatu pandangan epistimologis tentang pemerolehan pengetahuan pengetahuan yang menekankan pada upaya membangun pengetahuan daripada transmisi pengetahuan. Menurut Cooper, konstruktivisme menjadi paradigma yang paling berpengaruh selama dua dekade yang terakhir pada abad ke-20.[1]

Konstruktivisme sebenarnya bukan teori baru. Aspek-aspek dari konstruktivisme dapat ditemukan dalam hasil kerja Socrates, Plato, dan Aristoteles sekitar tahun 470-320. Akan tetapi, dalam beberapa tahun terakhir, konstruktivisme menjadi sangat populer seiring dengan munculnya teori Piaget dan teori Vygotsky yang didukung pula oleh beberapa teori dalam psikologi kognitif. Konstruktivisme sendiri pada saat ini sangat populer tidak hanya dalam bidang pendidikan, melainkan hingga bidang psikologi perkembangan, ilmu sosial, psychology of gender, dan teknologi komputer.[2]

Konstruktivisme lahir dari gagasan Piaget dan Vygotsky. Keduanya menekankan bahwa perubahan kognitif hanya terjadi jika konsepsi-konsepsi yang telah dipahami sebelumnya diolah melalui suatu proses disequilibrium dalam memahami informasi-informasi baru. Konstruktivisme memandang bahwa pengetahuan merupakan hasil konstruksi kognitif melalui aktivitas seseorang. Doolittle & Camp (1999) mengemukakan bahwa konstruktivisme dapat dibagi dalam tiga kategori, yaitu :

1.         Konstruktivisme Kognitif (ahlinya : Anderson, Mayer, dll.)

        Konstruktivisme kognitif hanya menekankan pada dua prinsip yang pertama dari konstruktivisme, yaitu perolehan pengetahuan merupakan proses adaptif dan hasil keaktifan kognisi individu pelajar. Dalam posisi konstruktivisme kognitif, pengetahuan merupakan hasil dari internalisasi dan rekonstruksi secara akurat dari kenyataan eksternal. Hasil dari proses internalisasi ini merupakan proses kognitif dan struktur yang secara akurat berkorespondensi dengan proses-proses dan struktur yang terdapat dalam dunia nyata.

2.    Konstruktivisme Radikal (ahlinya : Piaget, Von Glaserveld)

Von Glaserveld (1992) mengemukakan bahwa prinsip dasar konstruktivisme radikal muncul sangat jelas jika seseorang mencoba mengkaji sebanyak mungkin tulisan Piaget dalam suatu teori koheren, antara lain :

a.   Pengetahuan tidak diterima secara pasif melalui indra atau dengan cara komunikasi, melainkan dibangun secara aktif oleh kognisi subjek.

b.      Fungsi kognisi adalah adaptif (cenderung ke arah kelangsungan hidup).

c.      Kognisi melayani organisasi subjek dari dunia pengalaman, bukan penemuan dari suatu realitas ontologis objektif.

3.    Konstruktivisme Sosial (ahlinya : Vygotsky, Cobb)

Konstruktivisme sosial menekankan pada semua (keempat) epistemologis. Epistemologis ini memberi penekanan yang mengarahkan untuk mendefinisikan prinsip-prinsip yang mempertahankan sifat sosial dari pengetahuan, dan percaya bahwa pengetahuan merupakan hasil dari penggunaan interaksi sosial dan bahasa interaksi sosial ini selalu terjadi di antara konteks sosial budaya, menghasilkan pengetahuan terbatas pada waktu dan tempat khusus.

Pengetahun dipandang sebagai hasil konstruksi sosial. Setiap individu mungkin saja mengkonstruksi pengetahuan menurut pikiran dan pengalamannya (formulasi individu). Proses konstruksi ini menghasilkan pengtahuan yang bersifat subjektif. Interaksi sosial dan proses negosiasi sosial antar individu ataupun kelompok diperlukan untuk mengubah pengetahuan yang bersifat subjektif tersebut menjadi pengetahuan yang baru bersifa objektif. Pengetahuan baru ini selanjutnya direpresentasikan dan dirumuskan kembali oleh individu (personal reformulation). Konstruktivisme sosial menhubungkan pengetahuan subjektif dan pengetahuan objektif dalam skill semacam ini.

Konstruktivisme menjelaskan bahwa salah satu sarana yang tersedia bagi seseorang untuk mengetahui sesuatu adalah indera yang berinteraksi dengan objek dan lingkungan. Para konstruktivis adalah diri seseorang yang sedang mengetahui. Pengetahuan tidak dapat dipindahkan begitu saja dari guru ke murid, melainkan murid sendiri yang harus mengartikan apa yang diajarkan oleh guru berdasarkan pengalaman-pengalaman yang ia dapat sebelumnya.



[1] STAIN Pamekasan, “Pembelajaran Konstruktivistik Dalam Pendidikan Islam: Sebuah Pilihan Pembelajaran Aktif Bagi Mahasiswa STAIN Pamekasan”, dalam Tadris Jurnal Pendidikan Islam Vol. 6, No. 2 (Desember 2011), 306.

[2] T.G. Ratumanan, Inovasi Pembelajaran: Mengembangkan Kompetensi peserta didik secara optimal (Yogyakarta: Penerbit Ombak, 2015), 118- 121.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

SOAL LATIHAN OLIMPIADE PAI MATERI AL-QUR'AN HAITS TINGKAT SMP/MTs - 2

  Berdoalah sebelum belajar, semoga Allah memberi kemudahan dalam memahami materi   1.       Perhatikan QS Al-Mujadilah/58: 11 berikut i...